Biskuit Pakan Untuk Ruminansia



RINGKASAN
Biskuit Pakan Limbah Tanaman jagung Sebagai Sumber Serat
Untuk Pakan ternak Ruminansia

Rendahnya produktivitas ternak di Indonesia mendorong beberapa teknologi untuk diterapkan guna mengatasi permasalahan tersebut yaitu pembuatan biskuit pakan limbah berbahan dasar limbah tanaman jagung yang merupakan salah satupakan yang efektif untuk menunjang bobot ternak ruminansia.
Limbah tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan untuk pakan, tetapi hanya untuk ternak ruminansia karena tingginya kandungan serat. Jerami jagung merupakan bahan pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh, terutama pada musim kemarau. Jerami jagung yang diawetkan dengan pengeringan matahari menghasilkan hay dan disimpan oleh petani untuk persediaan pakan sapi pada musim kemarau. Dengan berkembangnya usaha penggemukan sapi impor atau berkembangnya industri sapi perah, seluruh tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Jagung ditanam secara khusus untuk menggantikan rumput. Tanaman jagung pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh, mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi.
            Metode yang di gunakan yaitu penggilingan, pencetakan, pemanasan dan pengepresan dengan menjadikan hasil berupa biscuit merupakan motivasi pengawetan limbah tanaman jagung sebagai pengganti rumput sebagai sumber utama oakan ruminansia sehinga di harapkan dapat di terima oleh peternak untuk mengatasi masalah kelangkaan hijauan pakan ternak pada musim kemarau.







                                                            PENDAHULUAN

1.1. Identifikasi Masalah
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hamper keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Selain sebagai komoditas pangan, jagung sangat dibutuhkan sebagai penyusun utama bahan pakan ternak terutama unggas. Di Indonesia, jumlah kebutuhan jagung meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena adanya permintaan dari industri pakan ternak Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan produksinya melalui perluasan penanaman tanaman jagung antara lain melalui program Gema Palagung dengan target dalam kurun waktu 2005 – 2015 akan terjadi tambahan areal panen seluas 456.810 ha (Nurhayu, 2010)
Jagung merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika sebagai bahan pakan ruminansia. Terdapat beberapa industri yang juga memanfaatkan jagung untuk menghasilkan beberapa produk olahan dari jagung, seperti industri bioetanol yang akhir-akhir ini berkembang di Amerika Serikat; berkembangnya industri semacam ini menghasilkan beberapa limbah atau hasil samping yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (Dendy et al., 2011).
            Saat ini pengolahan limbah jagung ada beberapa macam yaitu silase, hay dan lain lain. Biscuit tanaman jagung ini menggnakan proses penggilingan, pencetakan, pemanasan, dan pengeprsan merupakan suatu inovasi yang bias di buat skala komersil dan massal. Pemanfatan limbah jagung sebagai biscuit belum di ketahui oleh banyak orang, oleh karena itu di perlukan inovasi ini untuk mengatasi sumber serat pada saat musim kemrau dating.
1.2. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program kreatifitas ini adalah Terciptanya Biskuit pakan ternak yang praktis dalam penggunaannya pada semua kondisi ternak dimanapun dan kapanpun berada, terjangkau harganya dan praktis sehingga mempunyai potensi komersial, dan dapat dipatenkan.
1.3. Manfaat
Manfaat yang bisa diambil dari PKM-KC ini adalah Sebagai suatu bentuk kontribusi mahasiswa dalam memajukan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Serta memberikan solusi permasalahan tentang pemberian pakan, kemudian pakan bias diberikan jika musim kemarau datang.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Tanaman Jagung
Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda, dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya. Selain diberikan pada ternak sebagai hijauan segar, jerami jagung juga dapat diberikan sebagai hijauan pakan ternak yang mengalami proses pengolahan teknologi pakan dalam bentuk hay dan silase. Seiring berkembangnya daerah-daerah sentra tanaman jagung yang berguna untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak, tidak menutup kemungkinan juga dapat dikembangkan menjadi kawasan daerah potensi petani penghasilan olahan hijauan hasil ikutan tanaman jagung berupa silase dan hay akan memberikan nilai tambah pada pendapatan keluarga petani ( dendy, 2011)
Ketersediaan pakan merupakan hal yang penting dalam segi produksi. Biaya pakan yang dapat dikeluarkan untuk menunjang . Penggunaan bahan baku lokal yang murah dan memiliki ketersediaan tinggi dengan kualitas baik merupakan solusi alternatif yang dapat menekan biaya pakan akibat dari penggunaan bahan impor. Bahan baku lokal sekaligus bahan utama dalam pakan ayam yang paling banyak dihasilkan di Indonesia adalah tanaman jagung jagung (didiek 2004)
Jagung termasuk tanaman pangan atau pakan dengan sumber karbohidrat yang baik untukunggas maupun ruminansia , serta bahan pakan yang paling banyak digunakan dalam penyusunan pakan, namun jenis jagung yang sering digunakan dalam penyusunan pakan (osfar dan hana 2007).
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hamper keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Selain sebagai komoditas pangan, jagung sangat dibutuhkan sebagai penyusun utama bahan pakan ternak terutama unggas. Di Indonesia, jumlah kebutuhan jagung meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena adanya permintaan dari industri pakan ternak Oleh sebab itu,
Oleh sebab itu, Pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan produksinya melalui perluasan penanaman tanaman jagung antara lain melalui program Gema Palagung dengan target dalam kurun waktu 2005 – 2015 akan terjadi tambahan areal panen seluas 456.810 ha.


2.      2. Pengolahan Tanaman Jagung
Penyediaan pakan kaya serat bagi ternak Ruminansia seperti sapi, domba, dan kambing menjadi tantangan ketika jumlah hijauan berkurang, atau tidak tersedia dipasar. Hal ini coba disiasati dengan menggunakan limbah tanaman jagung yang merupakan salah satu sumber pakan ternak ruminansia alternatif berkualitas yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dengan biaya yang rendah (asfarinah et all 2010)
Pakan bentuk biskuit merupakan modifikasi pakan bentuk wafer yang telah ada sebelumnya. Biskuit merupakan produk kering yang mempunyai daya awet yang relatif tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa. Biskuit pakan dibuat menggunakan bantuan panas dan tekanan. Prinsip kerja mesin biskuit ini hampir sama dengan mesin wafer namun ukuran cetakan lebih kecil yaitu berbentuk bulat berdiameter 7 cm dan tebal 5 cm serta waktu pengoperasian lebih singkat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan manfaat limbah tanaman jagung adalah dengan memanfatkannya sebagai sumber pakan komersil dalam bentuk biskuit pakan yang mengandung nutrisi yang lebih lengkap dan dengan bentuknya yang kompak diharapkan dapat langsung diberikan kepada ternak ruminansia. Limbah jagung yang dapat dibuat biskuit adalah seluruh tanaman termasuk buah mudanya atau buah yang hampir matang atau limbah yang berupa tanaman jagung setelah buah dipanen dan kulit jagung. (  Uum umiyasah, 2008  )


2. 3. Permasalaham Jagung Untuk Pakan

Permasalahan penggunaan jagung untuk pakan masih dijumpai di lapangan, baik di Indonesia maupun di negara lain. Ditinjau dari kualitas jagung untuk pakan maka beberapa permasalahan (Retnani, 2011)
yang dijumpai adalah sebagai berikut:
Kadar Air
Jagung umumnya dipanen pada saat kandungan airnya tinggi, sampai 30%. Jika jagung yang sudah dipanen langsung dikeringkan, baik dengan sinar matahari maupun oven, maka kadar air dapat langsung berkurang. Pengeringan jagung hingga berkadar air 14% penting artinya agar jagung dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan. Dalam kondisi cuaca tidak menguntungkan, petani menjual jagung dalam kondisi basah (kadar air 16- 20%) ke pabrik pakan. Pabrik pakan akan mengeringkan lebih lanjut dengan mesin pengering. Apabila tidak mempunyai mesin pengering, pabrik tidak akan membeli jagung basah. Kadar air yang tinggi juga menurunkan nilai gizi jagung, karena setiap 1% kenaikan kadar air dapat mengencerkan (dilute) kandungan gizi sekitar 1%. (musrifah nusi 2011)
Mikotoksin
Jagung mudah ditumbuhi cendawan bila kadar airnya lebih dari 14% atau  aw = 0,62. Cendawan akan lebih mudah tumbuh kalau jagung basah disimpan di ruangan yang panas dan lembab. Apabila cendawan yang tumbuh menghasilkan racun maka racun tersebut berpengaruh buruk terhadap ternak. Beberapa jenis racun cendawan atau mikotoksin ditemukanpada jagung, termasuk aflatoksin, T-2 toksin, zealarenon, dan DON. Racun aflatoksin hampir selalu dijumpai pada jagung di Indonesia (anonymous, 2011)








BAB III
METODE PELAKSANAAN

Penyusunan program ini didasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yaitu perencanaan dan perealisasian sistem agar dapat menampilkan unjuk kerja sesuai dengan yang direncanakan dengan mengacu pada rumusan masalah. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merealisasikan sistem yang akan dibuat adalah sebagai berikut :
3.1. Studi Literatur
Studi literatur berisi serangkaian kegiatan pencarian dan pengkajian sumber-sumber yang relevan dan terpercaya terkait dengan pembuatan pakan alternatif. Literatur yang kami pakai dititik beratkan pada buku-buku dan jurnal ilmiah tentang pengolahan pakan ternak. Setelah mendapatkan literatur yang sesuai kami berupaya melakukan pengolahan untuk membuat biscuit pakan limbah yg terbuat dari limbah jagung dengan proses yang lebih sederhana, efisien, dan praktis..
3.2. Pencarian Komponen
Pencarian komponen alat-alat yang digunakan untuk membuat Biskuit limbah tanaman jagung ini diperoleh dari beberapa toko elektronik dan toko laboratorium yang berada di Malang dan juga meminjam dari laboratorium yang ada di fakultas.
3.3. Pembuatan biscuit tanaman jagung
Pakan bentuk biskuit merupakan modifikasi pakan bentuk wafer yang telah ada sebelumnya. Biskuit merupakan produk kering yang mempunyai daya awet yang relatif tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan mudah dibawa dalam perjalanan karena volume dan beratnya proses pengeringan. Biskuit pakan dibuat menggunakan bantuan panas dan tekanan. Prinsip kerja mesin biskuit ini hampir sama dengan mesin wafer namun ukuran cetakan lebih kecil yaitu berbentuk bulat berdiameter 7 cm dan tebal 5 cm serta waktu pengoperasian lebih singkat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan manfaat limbah tanaman jagung adalah dengan memanfatkannya sebagai sumber pakan komersil dalam bentuk biskuit pakan yang mengandung nutrisi yang lebih lengkap dan dengan bentuknya yang kompak diharapkan dapat langsung diberikan kepada ternak ruminansia. Limbah jagung yang dapat dibuat biskuit adalah seluruh tanaman termasuk buah mudanya atau buah yang hampir matang atau limbah yang berupa tanaman jagung setelah buah dipanen dan kulit jagung.































DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2011. Cara Membuat Pakan Biskuit Ternak Dari Sisa-Sisa Limbah    hijauan. http://forsum.wordpress.com/2012/12/27/cara-membuat-biskuit-       pakan-ternak/ (online) di akses 1 April 2014
Asfarinah et all, 2010. Produksi Pakan Ternak Dari Onggok Sebagai Income         Alternatif Usaha Tepung Tapioka Yang Peduli Peternak Ayam. Universitas Negeri Malang.
Damayanti, Rina, 2011. Pengaruh Penggunaan Limbah Biskuit Sebagai Pengganti            Jagung Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging.          http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/30263 (online) di akses tanggal            1 april 2014
Dendy et all. 2011. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan: Silase Dari            Limbah Organik Pasar Sebagai Pakan Alternatif Ruminansia. Institut            Pertanian Bogor.
Didiek, 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal Untuk Pengembangan         Usaha Sapi Potong. Jawa Timur
Nusi, musrifah et all. 2011. Pengaruh Penggunaan Tongkol Jagung Dalam            Complete Feed Dan Suplementasi UndeGraded Protein Terhadap          Pertambahan Bobot Badan Dan Kualitas Daging Pada Sapi Peranakan             Ongole. Yogyakarta
Nurhayu, 2010. Kajian Pemanfaatan Pakan Lokal Dan Urea Molases Blok Untuk Penggemukan Sapi Potong Di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan.
Retnani et all. 2011. Produksi Biskuit Tanaman Limbah Jagung Sebagai Pakan      Komersil Ternak Ruminansia.             http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61054 (online), di akses          tanggal 1 April 2014
Sjofjan, osfar et all. 2007. Evaluasi Nutrisi Beberapa varietas Jagung Terhadap     Kecernaan Protein, Retensi Nitrogen Dan Energi Metabolisme Pada        Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan Brawijaya, Malang
Umiyasah, Uum. 2008. Pengolahan Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung    Sebagai Pakan Ternak Ruminasia. Balai Penelitian Ternak, Pasuruan.
           



















 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar